Powered by Blogger.

Polisi


"Apa yang dipikirkan pertama kali saat mendengar kata POLISI?"

Saya yakin saat ini jawaban yang terbanyak adalah Pungli, kasar, dan tidak bersahabat...
Mengapa bisa demikian?...
Mengapa petugas yang profesi utamanya adalah sebagai seorang pelindung?...
Sebagai pelayan?...
Bahkan sebagai orang yang mengayomi masyarakat mendapatkan predikat seperti itu???

Ironis bukan???

Kali ini saya mencoba mengajak kalian semua untuk memahami terjadinya fenomena ini.
Namun sebelum masuk ke materi, mohon hilangkan dulu prasangka buruk kalian terhadap saya. (Karena guru saya dulu bilang, kalau sudah emosi terhadap salah satu guru, maka pelajaran semudah apapun tidak akan bisa diserap.. :-) )

Ok, kita mulai..

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang baru berkembang setelah dijajahan ratusan tahun oleh bangsa Belanda. Bangsa kita umurnya sudah 66 tahun, bisa dikatakan lumayan tua untuk ukuran manusia, namun masih remaja apabila menggunakan standar umur negara-negara di dunia. Kenapa masih remaja? Kok belum "dewasa"?
Hal ini disebabkan hasil produk orde lama telah membentuk masyarakat yang tidak mau memikirkan nasib negaranya, semuanya sudah disetir/diatur oleh pemimpin negara kita dulu. Kalau diibaratkan, masyarakat kita dulu sama seperti "anak-anak", disuruh ke sana-mau.... disuruh ke sini-mau... Nolak dikit, diomelin!...

Nah.. Sejak era reformasi, semua sekat-sekat perlahan dibuka! ibaratnya orde lama sampai orde baru adalah "Anak SD"

dan masa reformasi sekarang ini adalah "Anak SMA"
Coba ingat sifat anak SMA seperti apa?
- Tidak berpikir panjang
- Diajak kerja kelompok.. =Tidur2an/becanda
- Diajak kerja bakti.. Membersihkan lingkungan sekolah.. =Ngilang
- Diajak latihan baris-berbaris... =Maless banget...
- Disuruh seragam pakai sepatu hitam... =Protes! (Bila perlu pindah sekolah)
- Diajak main? =YES!!!
- Diajak minum? =OK!!!
- Diajak dugem? =MANTAP!!!


Nah... Apa bedanya dengan negara kita saat ini?
- Tidak berpikir panjang = Baru terima BBM atau SMS teror, langsung disebarkan
- Diajak kerja kelompok = Diajak ikut Pemilu (jangankan mempelajari siapa yang diplih, milih aja males...)
- Diajak kerja bakti = Masalah sampah? Jangankan memisahkan sampah organik & non organik.. Buang bungkus permen atau puntung rokok saja orang tua sudah tidak pernah memberi contoh anak-anaknya.
- Diajak latihan bari-berbaris = Sekolah sekarang sudah banyak yang tidak upacara di hari Senin..
- Disuruh pakai seragam = Masyarakat diminta untuk memiliki SIM terlebih dahulu sebelum membawa kendaraan, mayoritas menyepelekan, kalau ditilang... Protes!
- Diajak unjuk rasa iming2 duit atau kaos? =YES!!!
- Diajak mendukung sesuatu yang salah di Facebook? =OK!!
- Diajak menyebarkan kejelekan-kejelekan pemerintah/instansi lewat belakang/internet? =MANTAP!!!

Sekarang saya ajak untuk kalian menengok Polisi.. Di Inggris ada teori tentang kepolisan secara global mengatakan bahwa, "Polisi adalah bayang-bayang masyarakatnya." Kalau masyarakatnya "jongkok", yah polisinya juga ikut jongkok; kalau masyarakatnya "berdiri" yah polisinya juga ikut berdiri.

Masyarakatnya masih SMA, polisinya juga sekelas SMA.
Di SMA dulu, anak teladan itu sangat minim... yang banyak adalah anak badung, dan anak netral.

Di Polisi juga begitu saat ini.. Banyak Polisi yang TELADAN... namun... masih jauh lebih banyaaaaaaaakkk... yang BELUM TELADAN. Betul kan?

Trus? Bagaimana caranya supaya Polisi menjadi teladan bagi masyarakatnya?

Langkah untuk membangun Polri menjadi dicintai dan disayangi oleh masyarakatnya adalah:
1. Dari internal, mengeraskan komitmen kebersihan dalam sistem rekruitmen Polri, serta doktrin dari pimpinan mengarahkan anak buahnya menjadi polisi yang diinginkan oleh masyarakat.
2. Dari eksternal, masyarakat harus mengenal hukum. Belajar mengenai, "apa yang boleh dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan". Misalnya, kalau semua pelanggar di bumi Ibu Pertiwi ini minta ditilang, bukan minta damai, saya yakin tidak akan ada polisi nakal yang berani cari-cari kesempatan lagi.

BIASAKANLAH YANG BENAR...
JANGAN MEMBENARKAN KEBIASAAN...


Apa sih kebiasaan yang benar itu bagi pak polisi?

- Bawa motor harus punya dan bawa SIM
- Mengendarai motor harus menggunakan Helm
- Mengendarai mobil harus menggunakan sabuk keselamatan
- Unjuk rasa tidak boleh hari libur
- Unjuk rasa tidak boleh di objek vital/pelayana publik
- Unjuk rasa tidak boleh bawa anak-anak
- Unjuk rasa tidak boleh anarkis apalagi membakar-bakar
dsb..
dsb..
dsb..

 Kalau saya sudah patuhi peraturan, tapi lingkungan mentertawakan saya bagaimana?

Kuatkanlah mental kalian.. Kita mau jadi orang yang ikut2an, atau menjadi sosok teladan? Sosok teladan di lingkungan yang negatif memang awalnya memang sering dicemooh. Tapi jangan takut! kalian tidak sendiri... Banyak dari pembaca blog ini setelah membaca-baca blog, ikut tergugah untuk belajar mengikuti aturan dan memberi teladan di lingkungannya.

Kalau saya sudah patuhi peraturan, tapi ketemu oknum polisi yang nakal bagaimana?

Pastikan nakalnya bukan dipicu oleh kalian sendiri.. Kalau sudah yakin, tapi tetep ketemu oknum polisi nakal, pelajarilah cara/prosedur melaporkannya ke Provost POLRI.

Di koran saya lihat banyak yang negatif tentang Polisi?

Pandai-pandailah kalian semua dalam memilah berita dan MEDIA.

Contoh 1:
Fakta: Angka pengungkapan kasus narkoba bulan x lebih tinggi dari bulan y
Tanggapan positif: Polisinya berarti meningkatkan pasukannya di lapangan sehingga banyak tangkapan.
Tanggapan negatif: Kinerja Polri menurun, kasus narkoba meningkat.

Contoh 2:
Fakta: TSK pencuri semangka disidangkan
Tanggapan positif: Polisi belajar tegas, tidak peduli umur yang sudah tua atau alasan apapun, yang namanya "mencuri" tetap saja "mencuri".
Tanggapan negatif: Polisi memeriksa seorang nenek yang hanya mencuri buah semangka.

Contoh 3:
Fakta: Foto unjuk rasa yang memperlihatkan polisi menendang/melempar sesuatu ke arah massa unjuk rasa.
Tanggapan positif: Pasti kelewatan pengujuk rasa itu, sampai bisa memancing emosi petugas seperti itu.
Tanggapan negatif: Kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa tidak pernah berakhir.

Contoh 4:
Fakta: Polri memecat sejumlah oknum dengan tidak yang terbukti menyalahgunakan narkotika
Tanggapan positif: Polisi hebat! Berani memecat anggota nya dan dipblikasikan.. Instansi lain belum ada yang berani seperti ini.
Tanggapan negatif: Mental Polri merosot?! Akan dikemanakan mental Polisi Indonesia?

Nah.. Dari keempat contoh di atas, tanggapan manakah yang pasti laku untuk dijadikan headline di MEDIA? Pasti yang NEGATIF.. Kenapa? Karena.............. Sudah resiko jadi polisi, kalau bagus - sedikit yang komentar, kalau jelek - dicaci maki habis2an.

Mari bersama kita belajar netral menghadapi suatu permasalahan, agar kepala selalu dingin. (Prosesor Intel Pentium atau AMD akan melambat kinerjanya apabila suhu di lingkungannya meningkat, sama halnya dengan kepala manusia, kalau suhu emosi berhasil ditingkatkan oleh media massa, maka pikiran jernih masyarakat akan tenggelam)

Pekerjaan/profesi kami mungkin selintas kalian pandang sepele...


Kantor dilempari batu oleh pelanggar lantas yang bertindak seperti anak kecil ngambek

Namun ketahuilah.. Keluarga kami di rumah setiap saat selalu was-was akan hal berikut:

 

 Sejenak berpikir.. tugas kami hanyalah MELERAI dan MENCEGAH.
dan kami juga manusia normal yang apabila dipukul juga merasakan sakit dan marah.. namun mereka terus menerus memojokkan kami..

Apakah bisa Polisi di Indonesia baik semua?

Apabila kalian meyakini hal itu...
Maka hal itu pasti terwujud..

Setelah kita bersama mengetahui bahwa Polri saat ini sedang berjuang, bersama dengan masyarakatnya menjadi sosok "dewasa" (Negara Maju).. Kami mohon dukung Polisi Indonesia, menjadi lebih baik..

Sebagai PELAYAN anda semua...

Sebagai PELINDUNG anda sekeluarga...

Sebagai PENGAYOM masyarakat Indonesia...


 SO... DO SOMETHING, You're Agent Of Change, Mulai dari diri sendiri, Tunjukkan perubahan positif dan hal itu akan berlanjut kepada anak kalian.. dan akan terus berlanjut kepada cucu kalian.. dan seterusnya..


KETAHUILAH NEGARA INI SEKARANG DIHUNI OLEH GENERASI "SAKIT" DAN "OBAT" UNTUK MASA DEPAN NEGARA INI ADALAH MORAL DARI KALIAN "YANG SADAR" BAHWA MEMANG NEGARA INI HARUS "DISUPLAI" DENGAN GENERASI "ANTI PENYAKIT"

DO SOMETHING, SEBARKAN PESAN INI

This article modified by me from original source below

Seorang Wanita

Entah mengapa bagi kebanyakan kaum pria, kemolekan dan kecantikan seorang wanita amatlah penting dan dijadikan sebuah standar utama besarnya kualitas surga dunia yang akan didapatkannya nanti. Bagi sebagian kecil wanita, semakin cantik dirinya maka semakin jelas baginya untuk sadar diri bahwa kecantikannya adalah anugerah terbesar untuk dipamerkan, mereka bangga memiliki tubuh yang telah mereka poles sempurna, memiliki mata yang indah dengan bulu mata selebar kipas hadiah kawinan, bahkan tak jarang dari mereka sampai rela menggunakan kosmetik khusus untuk merubah rona wajah aslinya menjadi warna merah mengkilat seperti warna traffic light perempatan jalan pertanda lampu untuk berhenti, mereka ingin tampil beda dan lebih unggul dari kaum sejenisnya dengan membuktikan lifestyle cara berpakaian yang pada dasarnya sama saja, hingga saking ingin tampil beda dan tak mau disamakan mereka rela berpenampilan eksotis seperti seorang bocah setengah telanjang girang hendak terjun kesungai untuk berenang.
Sarkasme bahasa diatas terlontar tidaklah sekedar tanpa alasan karena disisi lain cantik dalam berpenampilan sangatlah penting namun seharusnya masih berpegang pada prinsip latar belakang sosial budaya dan kebiasaan lama di negeri ini salah satunya yaitu moral dan kehormatan yang dulu pernah dijadikan sebagai harga diri nenek moyang.. Oke oke, mungkin terlalu klasik dan munafik sekali jika bicara mengenai hal tersebut.. adat, kehormatan, budaya bla bla bla dan lain sebagainya terdengar seperti ucapan tua bangka jika dijejalkan dikuping generasi sekarang.
Saya sempat meringis ketika melihat seorang pria muda menyapa seorang wanita dengan dandanan yang extra show off dan pakaiannya yang wow, lebih tepatnya sang pria menyapa dengan panggilan centil menggoda lantas sang wanita memperlihatkan raut muka seperti telah dilecehkan disertai pandangan tajam kearah sang pria. Masalahnya disini adalah sang pria yang notabenenya adalah “pejantan” yang memang sudah dirancang memiliki implus lebih menonjol dan tidak bisa disamarkan mencoba untuk menarik perhatian sang wanita yaitu “betina” yang notabenenya lebih bersifat menarik perhatian lawan jenisnya. Sang wanita merasa tidak dihormati dan merasa tidak diperlakukan normal seperti wanita pada umumnya, sang wanita menganggap perbuatan sang pria amatlah pengecut, tidak sopan, lancang, kampungan atau tidak gentle menurut dia.
Nah, sekarang pertanyaan mendasar adalah..
“bagaimana bisa sang wanita ingin dihormati oleh sang pria sedangkan dia sendiri sebagai seorang wanita lebih menunjukkan karakter “betina” yang terlalu wow jika dibandingkan dengan wanita lainnya yang lebih sopan???”
Berikutnya saya sangat tertawa ketika melihat sekilas info di media televisi sampah yang menayangkan demonstrasi puluhan wanita yang entah dari mana asalnya berdemo disekitar bundaran Hotel Indonesia karena mengecam aksi pemerkosaan wanita (secara sepihak bukan suka sama suka tentunya:D) didalam angkutan penumpang DKI Jakarta dan sekitarnya dengan disertai orasi bahwa kaum pria tidak seharusnya menganggap penampilan MODIS para wanita sebagai "objek wisata" dan tidak sepatutunya melarang bagaimana mereka berpenampilan karena itu merupakan hak perogratif mereka (syuper sekali :D).
 Demonstrasi yang mereka lakukan dimata saya adalah SALAH BESAR karena tidak melihat bahwa pada saat itu mereka sedang berdiri di bumi Indonesia dan bukan dibumi United States, Bumi Indonesia yang masyarakatnya jauh sekali belum siap dan “terdidik” untuk melihat hal-hal fulgar sedari mereka kecil, Bumi Indonesia yang memiliki mayoritas masyarakat dengan pola pikir yang berakar kuat bahwa sedari kecil lebih diajarkan untuk beribadah, mengaji atau membaca alkitab oleh orang tuanya dengan lingkungan yang alim, sederhana dan saling menghormati dan jauh sekali jika dibandingkan dengan kebanyakan negara barat yang memang sedari kecil masyarakatnya sudah terbiasa melihat hegemoni lingkungan dan lifestyle yang fulgar sehingga mental mereka sudah sangat siap dan “terdidik” ketika usia mereka menginjak dewasa.
Saya sendiri kurang setuju apabila “implus” dari para pria lebih disalahkan dan dipojokkan karena pada dasarnya pria memang dari sononya sudah diciptakan dengan kelebihan beban berupa hawa nafsu dan pikiran yang hanya terfokus pada satu titik bila melihat sesuatu, apapun itu bentuknya. Para wanita seharusnya tahu akan hal sepele tersebut dan semampunya mengurangi pancingan mereka agar para pria tidak tegang karena implusnya naik keujung kepala. Tapi demi lifestyle dan trendy mereka dengan seenaknya melupakan kehormatannya sendiri didepan banyak pasang mata.
Setidaknya jika ingin dihormati oleh orang lain maka seharusnya terlebih dahulu menghormati dirinya sendiri.
Lebih jauh saya menilai bahwa generasi sekarang adalah generasi yang meminta bahkan cenderung memaksa untuk membudayakan western lifestyle sebagai acuan standar hidup karena mereka memandang bahwa dunia modern adalah western lifestyle. Adanya sebuah sistem globalisasi dari media juga membuat cepatnya wersternisasi budaya asli pribumi yang malah sangat disayangkan oleh budayawan asing, mereka menyatakan turut berduka cita jika eksotisme budaya asli pribumi Indonesia tidak bisa survive dari ancaman westernisasi budaya.
Dan sedikit saran untuk para wanita yang diambil dari dalam komik berjudul Hidup Itu Indah karangan Komikus kawakan mas Aji Prasetyo :
“jangan sering-sering pamer lekuk tubuh didepan lelaki, karena jika sangat keseringan dilakukan implus mereka akan memudar. Jika itu terjadi, wanita terpaksa menambah “kadar seksinya” (demikian seterusnya) sampai suatu saat untuk menarik perhatian para pria, wanita berlomba untuk telanjang”

apa itu skeptis?

Banyak orang berkata bahwa seorang skeptik adalah orang yang terlalu banyak bertanya, bawel, tukang protes, atau tidak percaya banyak hal. Oleh karena itu, seorang skeptik disebut sebagai orang yang bersikap negatif terhadap banyak hal karena tidak mempercayai banyak hal atau meragukan setiap hal. Dengan demikian, masyarakat menganggap “skeptisisme” dianggap suatu hal yang negatif karena sifatnya yang selalu menegasi banyak hal. Apakah benar demikian?
Kata “skeptik” sendiri berasal dari kata Yunani skeptoi yang artinya: orang-orang yang mencari atau orang-orang yang mencari informasi. Apa yang dicari oleh para skeptik? Mereka mencari berbagai keterangan mengenai hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Para skeptik adalah orang-orang yang tiada henti mencari tahu dan bertanya mengenai berbagai hal-hal di sekitarnya; apa yang sesungguhnya (telah) terjadi? mengapa hal itu bisa terjadi?  bagaimana hal itu bisa terjadi? bagaimana menjelaskannya? apa saja bukti-buktinya?
Dalam proses pencarian ini para skeptik melakukan berbagai penelitian, investigasi, penelusuran, pertimbangan, dan penilaian yang didasarkan pada bukti-bukti yang relevan dengan ditopang oleh daya pikir kritis dan berbagai argumentasi yang jernih serta masuk akal. Dengan demikian, skeptisisme merupakan suatu proses dalam menerapkan pikiran kritis dan akal sehat untuk memutuskan/menentukan/menetapkan kesahihan sebuah subjek atau masalah. Hal ini dinamakan dengan proses penemuan akan kesimpulan yang didukung oleh berbagai fakta, data, serta logika, dan bukannya pembenaran/penegasan terhadap kesimpulan yang sudah ada.
Sepatutnya skeptisisme memberikan pengaruh yang begitu kuat sekaligus positif bagi dunia. Skeptisisme bukanlah upaya untuk menghancurkan/meruntuhkan/menolak mentah-mentah banyak hal, seperti yang disangkakan selama ini. Skeptisisme adalah upaya untuk mengarahkan kembali perhatian manusia pada bukti-bukti relevan yang ditunjang oleh akal sehat sekaligus menyingkirkan berbagai takhyul yang ada dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, skeptisisme berupaya mengarahkan berbagai pandangan dan ide sehat manusia demi pemikiran yang nyata dan tidak dibelenggu oleh berbagai pemikiran yang bernuansa fantasi.
Apa ukurannya? Berbagai metode saintifik adalah tolok ukur yang digunakan para skeptik untuk mempertimbangkan, mengukur, dan mempertimbangkan semua hal. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat anekdot serta berbagai pengakuan atau kesaksian orang yang umumnya tidak didukung oleh berbagai bukti relevan dan argumentasi yang masuk akal seringkali ditolak oleh para skeptik. Inilah yang membuat para skeptik seringkali dijuluki sebagai orang-orang yang memiliki sikap negatif karena tidak mempercayai orang lain. Namun sesungguhnya yang terjadi adalah bahwa para skeptik adalah orang-orang yang membutuhkan berbagai berbagai bukti relevan yang didukung oleh argumen-argumen yang masuk akal.
Yang harus ditekankan dan diingat adalah bahwa berbagai klaim “luar biasa” membutuhkan berbagai penjelasan dan bukti yang juga “luar biasa”, khususnya berbagai hal yang berkaitan dengan fenomena paranormal dan supernatural atau agama. Dengan demikian, skeptisisme adalah suatu proses yang sangat diperlukan, bermanfaat, dan positif dalam upaya menemukan “kebenaran.”

The carbon copy of lifestyle

Sejenak berfikir ketika melihat beberapa remaja yang melintas didepan mata, dengan pakaian mereka yang melambangkan modernisme dilengkapi berbagai macam aksesori seperti reklame berjalan mulai dari ujung rambut sampai turun ke ujung kaki. Mungkin otak ini sudah terlalu skeptis karena sangat bosan melihat cara berpakaian yang hanya copy-paste dari majalah busana dengan judul cover “be myself” atau dari siaran infotainment artis top di media tv sampah, komentar yang terlintas seketika adalah rasa miris melihat segerombolan korban dari modernisme yang tak jelas asal-usulnya sedang berjalan seperti patung Barbie yang dikendalikan oleh mode, lifestyle dan trend. Lebih luas lagi perhatian saya ketika melihat puluhan atau mungkin ratusan manusia seperti lahir dari produk mesin foto copy, atau seperti produk kue yang dibuat dari satu cetakan yang sama. 
it’s the real me ternyata hanya sebatas quotes semu dan representasi dari sebuah hak atas pengakuan modis ber-taste tinggi, apa yang ada dimata saya hanyalah sebuah hegemoni serentak hilangnya jati diri karena orang hanya berkemampuan sebatas meniru atribut orang lain secara massal.

Kapitalisme, Sistem Imperialis Baru Abad 21

apakah kapitalisme itu?
simpel, Kapitalisme adalah sebuah sistem yang hanya berpikir untung dan rugi, kapitalisme adalah globalisasi yang mengijinkan setiap negara adikuasa bebas tanpa adanya batas untuk menguasai pasar internasional atau lebih tepatnya untuk mengeksploitasi SDA dan memperbudak SDM negara miskin, kapitalisme adalaha sebuah sistem dimana sejumlah individu kaya raya yang memiliki dominasi pabrik atau perusahaan yang tidak “mengijinkan” sektor kecil untuk berkembang menguasai pasar dan melampaui mereka. Para kapitalis ini bersaing pada sebuah pasar bebas tanpa melalui sistem kebijakan dari birokrasi atau pemerintah suatu negara yang akhirnya berdampak pada kacaunya sistem perekonomian dan berpotensi untuk menimbulkan krisis ekonomi. Setiap kapitalis akan didorong oleh kompetisi untuk membangun usaha dengan mengorbankan orang lain. Seperti yang dikatakan Kalr Marx, “Akumulasi! Akumulasi! itu adalah nabi bagi sistem kapitalisme”. Ini berarti yang kuat memakan yang lemah, dan sistem ekonomi suatu negara akan turun secara drastis sampai mengalami krisis ekonomi.
Karl Marx sendiri dalam bukunya menganggap kepemilikan alat produksi oleh kelompok kecil merupakan musuh utama didalam sistem kapitalisme yang harus dibasmi. Menurutnya, kapitalisme harus mengahalangi kaum minoritas (sektor kecil) dalam mengontrol kepemilikan alat produksi demi melancarkan eksploitasi yang dilakukan oleh kaum mayoritas (sektor besar) untuk menyerap  manusia sebagai buruh pekerja didalam pabriknya. Eksploitasi semacam ini berlaku kepada para pekerja yang tidak memiliki perangkat produksi dan keterbatasan modal usaha dengan terpaksa akan menjual tenaganya kepada kaum kapitalis demi selembar uang (wage labour system). Ini berarti mereka tidak memiliki kontrol dari hasil kerjanya dan dalam sebuah sistem ekonomi seperti ini sama sekali tidak ada kemungkinan untuk merencanakan perekonomian demi kepentingan masyarakat luas karena yang ada hanyalah kepentingan individu dan kelompok tertentu diatas segalanya.
Semisal.. Pernahkah kalian bertanya atau setidaknya memperhatikan para buruh yang bekerja di pabrik garmen atau sepatu di tempat tinggal kalian. Setiap hari dari mulai pagi hingga menjelang malam mereka bekerja dengan gaji yang minim, seandainya kalian pernah menengok kedalam pabrik tersebut seperti apa pekerjaan mereka sebenarnya, mereka seperti mesin berjalan tanpa henti yang hanya dikendalikan oleh sebuah tombol jam makan siang, tangan mereka begitu cepat, mata mereka tertuju hanya pada satu titik dan semua itu dilakukan setiap hari dengan upah perjam yang minim tanpa disertai insentif yang layak.
Sekarang samakan dengan pekerja berdasi di perusahaan gedung bertingkat, datang setiap pagi, memasuki ruangan kantor yang hanya dibatasi bilik tanpa atap dan terkotak-kotak seperti hewan peliharaan yang siap untuk dijual, duduk diruangan yang sama dan memandangi komputer hingga dua belas jam penuh tanpa henti, bekerja dengan bayang-bayang target perusahaan yang begitu menekan mental dan tenaga. Dan bayangkan apabila hal tersebut juga terjadi setiap hari secara monoton tanpa diimbangi dengan insentif yang layak.
Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah kondisi dimana manusia berevolusi menjadi sebuah baterai.
Ketika kalian membeli sebuah produk pakaian, sepatu atau produk branded lainnya disebuah pusat perbelanjaan, pernahkah terlintas sedikit saja dibenak kalian bahwa barang yang sedang kalian pegang atau kalian pakai berasal dari tangan pribumi negeri kalian sendiri, kaum pribumi yang bekerja dan dibayar dengan harga rendah, kaum pribumi yang bekerja dibawah sebuah sistem setan, kaum pribumi yang tidak akan pernah bisa meningkatkan level taraf hidup mereka ketingkat yang bisa dikatakan layak dan jauh dari angka kemiskinan. Seandainya mereka tahu bahwa upah yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan harga jual dari produk yang kalian beli, dan seandainya sifat konsumtif dan ego manusia yang cenderung hedonis bisa lebih ditekan demi mensejahterakan mereka, maka disitulah letak kemerdekaan suatu bangsa yang sesungguhnya, kemerdekan yang lepas dari tangan imperialisme barat, lepas dari sistem perbudakan demi memenuhi hegemoni budaya hidup western yang berakar kuat di negeri ini.
Sudah terlambat. Tapi satu-satunya jawaban untuk menghindari keadaan seperti itu ialah menyita industri dari para individu kapitalis atau yang biasa disebut dengan nasionalisasi, dan membiarkan negara untuk merencanakan ekonominya sendiri. Atau dengan cara meng-embargo ekonomi negara sendiri agar ekonomi berbasis sektor kecil bisa berkembang dan menguasai pasar. “dari kita->oleh kita->untuk kita”, bukan “dari mereka->oleh kita->untuk mereka”.

Page view

free counters

Followers

Facebook Twitter RSS