Kapitalisme, Sistem Imperialis Baru Abad 21

apakah kapitalisme itu?
simpel, Kapitalisme adalah sebuah sistem yang hanya berpikir untung dan rugi, kapitalisme adalah globalisasi yang mengijinkan setiap negara adikuasa bebas tanpa adanya batas untuk menguasai pasar internasional atau lebih tepatnya untuk mengeksploitasi SDA dan memperbudak SDM negara miskin, kapitalisme adalaha sebuah sistem dimana sejumlah individu kaya raya yang memiliki dominasi pabrik atau perusahaan yang tidak “mengijinkan” sektor kecil untuk berkembang menguasai pasar dan melampaui mereka. Para kapitalis ini bersaing pada sebuah pasar bebas tanpa melalui sistem kebijakan dari birokrasi atau pemerintah suatu negara yang akhirnya berdampak pada kacaunya sistem perekonomian dan berpotensi untuk menimbulkan krisis ekonomi. Setiap kapitalis akan didorong oleh kompetisi untuk membangun usaha dengan mengorbankan orang lain. Seperti yang dikatakan Kalr Marx, “Akumulasi! Akumulasi! itu adalah nabi bagi sistem kapitalisme”. Ini berarti yang kuat memakan yang lemah, dan sistem ekonomi suatu negara akan turun secara drastis sampai mengalami krisis ekonomi.
Karl Marx sendiri dalam bukunya menganggap kepemilikan alat produksi oleh kelompok kecil merupakan musuh utama didalam sistem kapitalisme yang harus dibasmi. Menurutnya, kapitalisme harus mengahalangi kaum minoritas (sektor kecil) dalam mengontrol kepemilikan alat produksi demi melancarkan eksploitasi yang dilakukan oleh kaum mayoritas (sektor besar) untuk menyerap  manusia sebagai buruh pekerja didalam pabriknya. Eksploitasi semacam ini berlaku kepada para pekerja yang tidak memiliki perangkat produksi dan keterbatasan modal usaha dengan terpaksa akan menjual tenaganya kepada kaum kapitalis demi selembar uang (wage labour system). Ini berarti mereka tidak memiliki kontrol dari hasil kerjanya dan dalam sebuah sistem ekonomi seperti ini sama sekali tidak ada kemungkinan untuk merencanakan perekonomian demi kepentingan masyarakat luas karena yang ada hanyalah kepentingan individu dan kelompok tertentu diatas segalanya.
Semisal.. Pernahkah kalian bertanya atau setidaknya memperhatikan para buruh yang bekerja di pabrik garmen atau sepatu di tempat tinggal kalian. Setiap hari dari mulai pagi hingga menjelang malam mereka bekerja dengan gaji yang minim, seandainya kalian pernah menengok kedalam pabrik tersebut seperti apa pekerjaan mereka sebenarnya, mereka seperti mesin berjalan tanpa henti yang hanya dikendalikan oleh sebuah tombol jam makan siang, tangan mereka begitu cepat, mata mereka tertuju hanya pada satu titik dan semua itu dilakukan setiap hari dengan upah perjam yang minim tanpa disertai insentif yang layak.
Sekarang samakan dengan pekerja berdasi di perusahaan gedung bertingkat, datang setiap pagi, memasuki ruangan kantor yang hanya dibatasi bilik tanpa atap dan terkotak-kotak seperti hewan peliharaan yang siap untuk dijual, duduk diruangan yang sama dan memandangi komputer hingga dua belas jam penuh tanpa henti, bekerja dengan bayang-bayang target perusahaan yang begitu menekan mental dan tenaga. Dan bayangkan apabila hal tersebut juga terjadi setiap hari secara monoton tanpa diimbangi dengan insentif yang layak.
Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah kondisi dimana manusia berevolusi menjadi sebuah baterai.
Ketika kalian membeli sebuah produk pakaian, sepatu atau produk branded lainnya disebuah pusat perbelanjaan, pernahkah terlintas sedikit saja dibenak kalian bahwa barang yang sedang kalian pegang atau kalian pakai berasal dari tangan pribumi negeri kalian sendiri, kaum pribumi yang bekerja dan dibayar dengan harga rendah, kaum pribumi yang bekerja dibawah sebuah sistem setan, kaum pribumi yang tidak akan pernah bisa meningkatkan level taraf hidup mereka ketingkat yang bisa dikatakan layak dan jauh dari angka kemiskinan. Seandainya mereka tahu bahwa upah yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan harga jual dari produk yang kalian beli, dan seandainya sifat konsumtif dan ego manusia yang cenderung hedonis bisa lebih ditekan demi mensejahterakan mereka, maka disitulah letak kemerdekaan suatu bangsa yang sesungguhnya, kemerdekan yang lepas dari tangan imperialisme barat, lepas dari sistem perbudakan demi memenuhi hegemoni budaya hidup western yang berakar kuat di negeri ini.
Sudah terlambat. Tapi satu-satunya jawaban untuk menghindari keadaan seperti itu ialah menyita industri dari para individu kapitalis atau yang biasa disebut dengan nasionalisasi, dan membiarkan negara untuk merencanakan ekonominya sendiri. Atau dengan cara meng-embargo ekonomi negara sendiri agar ekonomi berbasis sektor kecil bisa berkembang dan menguasai pasar. “dari kita->oleh kita->untuk kita”, bukan “dari mereka->oleh kita->untuk mereka”.

Page view

free counters

Followers

Facebook Twitter RSS