Produk Dari Sebuah Bangku

Kuliah.. Bangun setiap pagi dengan nafas malas, duduk didalam ruangan dan memaksa diri untuk memahami materi yang monoton alakadarnya, berdiskusi dengan berbagai macam jenis tipikal manusia, dan lain sebagainya…
Dan sekarang, entah karena jenuh atau mungkin karena muak akhirnya saya tahu mengapa harus duduk dibangku kecil ini, saya menyadari bahwa tujuan sebenarnya dari bangku tersebut tidaklah tersaji didalam satu paket kredit semester yang diisi dengan berbagai macam menunya yang berwarna-warni, tidaklah tersaji didalam setiap diskusi semu dan tidak juga tersaji didalam ruangan dengan proyeksi gambar ditemboknya.. Lalu untuk tujuan apa bangku itu ada?
Bangku itu hanyalah sebuah kunci untuk melihat “kenyataan” yang disajikan didalamnya.
“Kenyataan itu tersaji ketika saya menemukan sebuah keadaan miris bahwa saya sendiri adalah bahan baku dari “mesin uang” untuk sebuah sistem yang pada dasarnya korup.”
“Kenyataan itu tersaji ketika saya menyadari bahwa saya akan dikondisikan untuk berfikir hidup ini adalah uang dan uang adalah hidup, semakin banyak uang semakin banyak pujian.”
Idealisme beragama, Idealisme anti korupsi, idealisme bela negara dan idealisme pro-rakyat merupakan suguhan ilmu ekstra yang ditawarkan kedalam otak saya ketika duduk di bangku ini. Antusiasme untuk membangun negeri dan cita-cita untuk merubah ahklak penghuninya terasa ingin segera saya luapkan jika nanti berhadapan dengan dunia kerja.
Tapi… betapa bodohnya jika semua itu termasuk kedalam agenda sistem kerja saya nanti karena sudah tentu tidak ada satu-pun perusahaan yang menargetkan agar seluruh pasar terjejali oleh produknya dengan konsep pemasaran menggunakan salah satu isme tersebut.
Dan disuatu pagi ketika saya kembali duduk dibangku tersebut, timbul sebuah pertanyaan…
Apa yang manusia kejar didunia ini?
Apa yang mereka kejar hingga mereka rela mengerahkan segala macam potensi diri yang mereka miliki?
Apa yang mereka kejar sampai melupakan asal-usul darimana mereka berasal?
Apa yang mereka kejar hingga rela diperbudak oleh sebuah sistem yang hanya berisikan prosedur, kertas dan tinta, sebuah sistem yang hanya legal diatas kertas kemudian menjadi sistem sampah setelahnya.
Jawabannya adalah “tidak ada”…
Dan apa yang mereka kejar akan menjadi lebih fana ketika mereka merasa yakin bahwa dirinya akan tetap hidup sepuluh tahun lagi.
Apa yang saya tahu adalah uang dan standar hidup tinggi menjadi satu-satunya tujuan dari eksistensi bangku tersebut di jaman ini. Anggapan bahwa status pekerjaan dan gelar lebih menentukan strata sosial didalam masyarakat membentuk manusia lebih cenderung bersifat anti-sosial dan apatis. Anggapan bahwa totalitas pengabdian kepada alam dan kelompok kecil adalah sesuatu yang patut dipermalukan karena tidak sesuai dengan standar gelar lebih mengukuhkan sifat sombong dan tamak yang menggerogoti fitrah manusia.
Mungkin pikiran ini terlalu sempit dan naif namun disisi lain “sebuah bangku” tidak seharusnya merubah produk yang akan dikeluarkannya untuk menjadi sebuah baterai..

“Tuhan hanya memberikan apa yang kita butuhkan..
Dan memberikan kelebihan sebagai sentilan untuk penguji iman.. “

Page view

free counters

Followers

Facebook Twitter RSS