Powered by Blogger.

Pembodohan Massal

Kita berpakaian seperti televisi, merias diri seperti televisi, makan minum dengan cara televisi, mendidik anak dengan televisi. sadarkah kita selama ini cukup tertidur nyeyak karena televisi, dunia kita lebih besar dari benda kotak disudut ruanganmu, pikiranmu dihibur dengan benda sampah di tengah keluarga kita, benda tersebut hanya ingin kita terus tertidur, membuat kita untuk percaya apa yang dikatakannya dengan mengulang-ulang perkataannya setiap hari, membuat diri kita adalah mahluk "copy-paste" budaya, lifestyle dan pola pikir yang MURNI SEMUA DIPAKSAKAN. apakah semua itu menjadi masalah bagi kita???
pastinya kalian menjawab "tentu tidak, emang ada hubungannya?"
Ok, mari kita berpikir sejenak, logikanya cukup sederhana...
gampangnya begini... angggap saya adalah salah satu pemilik perusahaan minyak asing terbesar dengan akses eksplorasi yang masih terbatas dinegara kalian yang sudah berdiri setengah abad lamanya. ternyata setelah melalui tahap riset tertentu, saya mengetahui bahwa cadangan minyak yang masih ada didalam perut bumi negaramu bisa mencukupi hidup seluruh rakyat tanah air selama 10 dekade kedepan misalnya. dan apa yang saya lakukan berikutnya adalah bagaimana caranya agar semua cadangan minyak tersebut seluruhnya ada ditangan korporasi saya dan hanya saya sisakan sedikit untuk negaramu. karena kelengkapan teknologi peratan pengolah minyak yang saya miliki, maka mau tidak mau pemerintah kalian akan bekerjasama dengan perusahaan saya dengan pertimbangan menghemat biaya operasional. tahap selanjutnya sudah tentu jelas, saya akan memanipulasi jumlah cadangan minyak sebenarnya dari 100% menjadi 10% misalnya, dengan cara menyodorkan angka palsu kepada pemerintah kalian.

pemerintah kalian tidak akan tahu dan tidak akan mau tahu bagaimana cara kerja teknologi yang saya miliki karena mereka pada dasarnya adalah penganut sistem korup yang hanya menguntungkan profit, dan itu adalah keuntungan besar bagi saya karena saya akan dengan mudah untuk menyuap mereka dan sedikit ikut bermain di arena politik di negera kalian, bagaimana caranya? gampang! saya akan menjadi penyokong dana terbesar untuk kampanye mereka ditahun pemilihan suara berikutnya untuk menjadi wakil kalian baik itu skala nasional-regional, karena hanya dengan itu mereka akan diam dan menurut. tentunya para calon yang akan saya beri bantuan dana harus sepaham dengan sistem saya yang juga sama-sama korup dan pemilik perusahan energi atau media telekomunikasi. mereka tidak akan mau menghabiskan biaya mahal mengirim SDM lokal yang cerdas untuk meneliti sendiri apa yang sebenarnya terjadi. (itulah kenapa sebabnya orang2 cerdas dinegara kalian lebih memilih menerapkan ilmunya di negara asing,karena mereka lebih jauh dihargai tenaganya disana).

so? apa hubungannya dengan televisi???

tentu ada! sekali lagi saya adalah pemilik perusahan asing yang bercokol dinegara kalian, maka pasti saya ikut bermain dalam sistem politik negara kalian demi kepentingan pribadi dan segelintir penguasa lokal yang sepaham dengan saya... maka saya akan lebih banyak menjejali privatisasi iklan dengan brand produk2 olahan minyak milik saya melalui tangan pemerintah dan menjadi sponsor utama media lokal secara beruntun, menentukan penayangan media demi kepentingan eksploitasi yang saya lakukan, menghalang-halangi pendemo melalui aparat kalian dan menyeleksi berita mana yang akan ditayangkan agar tidak menimbulkan reaksi publik yang berlebihan, melakukan pembunuhan karakter tokoh LSM atau tokoh kritis yang berusaha membuka kedok korperasi saya melalui berita, acara debat dan diskusi yang ada di media, dan masih banyak lagi! dan itu semua tidak akan berhasil tanpa bantuan dari para elite politik sekaligus pemilik perusahaan kapitalis terbesar dinegara kalian yang korup!

dan untuk kalian, film holywood, infotainment, reality show, idol event, comedy,  live music dan acara sampah lainnya sudah cukup untuk membuat otak kritis kalian MATI! sehingga ketika kalian melihat, membaca, mendengar atau merasakan hal yang semestinya memang layak untuk lebih dipikirkan, kalian akan lebih memilih untuk sibuk dengan lifestyle, mode, kuliner, hiburan dan hal konsumtif lainnya dari media karena dari awal mereka sudah melekatkan doktrinnya tersebut secara kuat di bagian otak kalian yang paling dalam dan paling penting.
sekali lagi... UNTUK MEMBUAT OTAK KRITIS KALIAN MATI.

separah itukah???

ya! contoh diatas hanya gambaran dari segelintir kelicikan para elite yang memang sengaja memanfaatkan sistem negara kita yang pada dasarnya memang korup ditambah peran media khususnya televisi untuk menidurkan kita agar mereka dapat menguasai SEMUA SDA milik negara, yang pada akhirnya secara tak sadar mau tidak mau kita akan mengikuti arus dan menjadi budak dari sistem kapitalis setan yang lebih mengutamakan profit/riba tanpa memandang nasib negara kita sendiri. semakin banyak orang mengikuti arus tersebut maka akan semakin banyak pula KORUPTOR karena takut hidup miskin! dan sistem tersebut juga berlaku di sitiap negara yang ada di seluruh dunia melalui cengkraman kekuatan globalisasi.
anggap saya orang gila yang terlalu skeptis dengan media, pada saatnya kalian juga akan merasakannya sendiri. itupun jika kalian sudah bangun dri tidur kalian.

dan jika diantara dari kalian yang sudah memiliki kepekaan sebelumnya, maka kalian tentunya sudah tahu untuk tujuan apa semua ini dibuat...

Produk Dari Sebuah Bangku

Kuliah.. Bangun setiap pagi dengan nafas malas, duduk didalam ruangan dan memaksa diri untuk memahami materi yang monoton alakadarnya, berdiskusi dengan berbagai macam jenis tipikal manusia, dan lain sebagainya…
Dan sekarang, entah karena jenuh atau mungkin karena muak akhirnya saya tahu mengapa harus duduk dibangku kecil ini, saya menyadari bahwa tujuan sebenarnya dari bangku tersebut tidaklah tersaji didalam satu paket kredit semester yang diisi dengan berbagai macam menunya yang berwarna-warni, tidaklah tersaji didalam setiap diskusi semu dan tidak juga tersaji didalam ruangan dengan proyeksi gambar ditemboknya.. Lalu untuk tujuan apa bangku itu ada?
Bangku itu hanyalah sebuah kunci untuk melihat “kenyataan” yang disajikan didalamnya.
“Kenyataan itu tersaji ketika saya menemukan sebuah keadaan miris bahwa saya sendiri adalah bahan baku dari “mesin uang” untuk sebuah sistem yang pada dasarnya korup.”
“Kenyataan itu tersaji ketika saya menyadari bahwa saya akan dikondisikan untuk berfikir hidup ini adalah uang dan uang adalah hidup, semakin banyak uang semakin banyak pujian.”
Idealisme beragama, Idealisme anti korupsi, idealisme bela negara dan idealisme pro-rakyat merupakan suguhan ilmu ekstra yang ditawarkan kedalam otak saya ketika duduk di bangku ini. Antusiasme untuk membangun negeri dan cita-cita untuk merubah ahklak penghuninya terasa ingin segera saya luapkan jika nanti berhadapan dengan dunia kerja.
Tapi… betapa bodohnya jika semua itu termasuk kedalam agenda sistem kerja saya nanti karena sudah tentu tidak ada satu-pun perusahaan yang menargetkan agar seluruh pasar terjejali oleh produknya dengan konsep pemasaran menggunakan salah satu isme tersebut.
Dan disuatu pagi ketika saya kembali duduk dibangku tersebut, timbul sebuah pertanyaan…
Apa yang manusia kejar didunia ini?
Apa yang mereka kejar hingga mereka rela mengerahkan segala macam potensi diri yang mereka miliki?
Apa yang mereka kejar sampai melupakan asal-usul darimana mereka berasal?
Apa yang mereka kejar hingga rela diperbudak oleh sebuah sistem yang hanya berisikan prosedur, kertas dan tinta, sebuah sistem yang hanya legal diatas kertas kemudian menjadi sistem sampah setelahnya.
Jawabannya adalah “tidak ada”…
Dan apa yang mereka kejar akan menjadi lebih fana ketika mereka merasa yakin bahwa dirinya akan tetap hidup sepuluh tahun lagi.
Apa yang saya tahu adalah uang dan standar hidup tinggi menjadi satu-satunya tujuan dari eksistensi bangku tersebut di jaman ini. Anggapan bahwa status pekerjaan dan gelar lebih menentukan strata sosial didalam masyarakat membentuk manusia lebih cenderung bersifat anti-sosial dan apatis. Anggapan bahwa totalitas pengabdian kepada alam dan kelompok kecil adalah sesuatu yang patut dipermalukan karena tidak sesuai dengan standar gelar lebih mengukuhkan sifat sombong dan tamak yang menggerogoti fitrah manusia.
Mungkin pikiran ini terlalu sempit dan naif namun disisi lain “sebuah bangku” tidak seharusnya merubah produk yang akan dikeluarkannya untuk menjadi sebuah baterai..

“Tuhan hanya memberikan apa yang kita butuhkan..
Dan memberikan kelebihan sebagai sentilan untuk penguji iman.. “

Efek Samping Dari Sebuah Sistem Pendidikan

Seorang teman seperjuangan satu kampus mendatangiku dengan muka penuh beban dan terlihat sedang berusaha mencari tempat untuk berbagi masalah bersama.. sebut saja dia Awan, orang dengan badan segede kasur yang memiliki suara keras seperti sound system acara kawinan..
Awan : *duduk dengan kaki diatas dengkul
Saya : *pura2 liet inbox hape
Awan : *colek pundak sebelah kanan dan berkata.. “pren.. tadi ane baru anterin temen tes kerja, jadi sedih ngliatnya”
Saya : “kenapa sob? Dia gak lolos yah?, emang temenmu lulusan apa?”
Awan : “iya dia gak lolos, dari sembilan aplikasi yang dia masukin satupun gak ada yang jebol men..  jurusannya sama kaya kita, satu angkatan tapi dia baru wisuda bulan kemarin diuniversitasnya”
Saya : “emang tuh dia selama ini nyoba tes kerja dimana aja? Aneh bener gak ada yang lolos, idiot kali temenmu wawancara kerja sambil ngisep ganja.. hahaha”
Awan : *gebrak meja… “bukan lolos gaknya yang jadi masalah, tapi jurusannya itu yang bikin dia selalu ditolak…”
Saya : *wah tumben ni badak serius.. “lah kok bisa? Bukannya jurusan kita ntar kalo kerja bisa ditaroh dimanapun yah, apalagi kerja di perusahaan model begituan seharusnya bisa masuk.. emang temenmu tes kerja dimana aja sih???”
Awan : *satu persatu nyebutin tempat dan jenis kerjaannya sambil cerita panjang lebar… (setengah jam kemudian)… “jadi gt ceritanya boy, sewaktu tes wawancara terakhir dia gagal soalnya jurusan yang diambil sewaktu kuliah gak sesuai dibidang kerja perusahaannya itu. Kalo kek begini jadi ikut kuatir.. jangan2 besok nasib ane sama padahal pingin banget nyari kerja gaji 5 juta keatas… dimana lagi kalo gak di perusahaan model begituan…”
Saya : “wew… tapi emang gak ada alternatif lain selain target kerja disitu?, toh kamu juga bisa nyari kerja yang sesuai sama gelarmu ntar..”
Awan : “lha sekarang apa bedanya jurusan kita sama jurusan lain? Jurusan kita juga mampu kok pake aplikasi ilmu dari jurusan lain yang masih satu fakultas.. “
Saya : “ya berarti tes masuknya pake jalur lain dong.. kan banyak tuh jalurnya. Ato kerja di perusahaan BUMN kek, kaya gak ada kerjaan lain aja… di bank juga lumayan prospeknya.. gengsi amat”
Awan : “bukan begitu, ni masalahnya buat biaya idup besok boy, emang ente bisa idup dikota besar Cuma pake duit gaji 2-3 jutaan?? Ente juga gak muna’ tho kalo pingin istri sama anak ente bisa idup adem ayem… jaman sekarang duit yang ngomong mameeeeen..”
Saya : *agak bosen “omonganmu udah kaya calon koruptor aja.. ”
Awan : “hah!... omongan yang mana? Sekarang jadi orang yang realis aja lah, gak usah sok idealis, emang besok ente bisa makan pake idealis, boro2 makan… kerja aja paling gak ada yang mau nrima..
Saya : *angkat dada “mapan itu gak harus punya gaji segede yang kamu pingini sob, tapi segede apa kemampuanmu manfaatin gaji yang ada buat ngangkat orang-orang pribumi biar gak jadi budak di tanahnya sendiri lewat ilmu dari bangku yang sekarang kamu duduki (maksudku jadi enterpreneur berbasis SDM lokal tapi dia kayanya gak nyambung, yang dipikir materi mulu). kalo semisal niatmu kerja cuma buat idup gengsi yaaa rasain sendiri ntar, kamu bakal stress kaya orang dikejar-kejar sesuatu, gak pernah puas, gak pernah bersukur, maunya instan terus… akhirnya yaaa korupsi soalnya takut miskin gak kebagian. Belum lagi faktor nyenengin istri yang kalo gak diturutin bibirnya manyun tujuh meter.”
Awan : *ngotot gak mau kalah “bah! Kedengaran muna’ sekali dikupingku.. Terlalu tinggi bahasamu, mikir yang begituan ntar aja, muluk-muluk amat jadi orang.. yang penting ada duit dulu, punya rumah dulu, anak istri bisa idup lebih terjamin baru deh tu bisa nolongin orang lain”
Saya : “gimana bisa sempet nolongin orang kalo ntar kerja berangkatnya sebelum anakmu bangun, pulangnyanya anakmu udah tidur.. kalo mau nih ada tawaran.. ikut jadi relawan LPM buat anak-anak pelosok yang pendidikannya gak ada yang ngurus.. gmn? Syaratnya cuma dua. Fresh graduated from all department sama iklas!. Gaji seadanya, rumah ngikut penduduk disana, kalo mau ntar call me aja.”
Awan : “yah.. kita liet saja besok setelah lulus siapa yang bakal sukses duluan” *angkat kaki pindah kursi
Dan sejak hari itu pula saya berusaha memantapkan hati untuk menekan pola pikir hedonis yang cenderung korup melalui anak didik saya nanti, entah bagaimana caranya. semua mulai dari diri saya sendiri.. sedikit demi sedikit mulai dari diri sendiri untuk menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Semoga Allah memberkati.. Amin.
Dan terima kasihku yang sebesar-besarnya untuk Awan..


Risih dengan keluhan

Awalnya saya heran mengapa banyak orang dengan gampangnya meluapkan perasaannya, baik itu perasaan senang maupun sedih terutama apabila mereka sedang berhadapan dengan suatu problema yang konotasinya sangatlah sepele dan simple. Ketika kita sedang berhadapan dengan perihal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, seketika itu juga kita selalu mengatakan kata-kata yang bersifat negatif alias mengeluh tanpa adanya kontrol diri, padahal dengan kita mengeluarkan satu keluhan saja hal itu sudah mampu mempengaruhi kondisi psikologis dan kejiwaan kita, mengapa demikian? Karena apabila kita mengeluh dan memiliki pikiran negatif tersebut maka pikiran didalam otak kita secara langsung akan bereaksi dengan menciptakan suatu kondisi dimana pikiran negatif tersebut akan menjadi kenyataan, pikiran adalah immaterial yang mampu mengendalikan lingkungan sekitar, apabila kita berpikir sesuatu hal yang buruk akan segera terjadi, maka lingkungan sekitar juga akan mendukung hal tersebut menjadi kenyataan.


Banyak faktor penyebab mengapa kita mengeluh bahkan hampir setiap hal yang kita hadapi meskipun itu bukan karena suatu masalah, kita tetap masih mengeluh dan pada akhirnya masalah baru akan timbul justru ketika kita sudah mengeluh. Sebagai contoh apabila kita sedang bermain game sejenis strategi atau single person game misalnya, apabila kita mati tertembak maka pikiran bawah sadar akan merangsang otak untuk bereaksi dengan mengeluarkan keluhan, seperti mengeluarkan kata-kata kotor atau membanting mouse komputer dengan nada marah. Hal tersebut dapat terjadi karena reaksi otak yang mendorong pikiran kita untuk bersaing secara brutal karena adanya suatu unsur kompetitif didalam permainan tersebut, permainan itu hanya menuntut adanya pemenang dan pecundang.

Coba perhatikan, awalnya kita hanya mengeluh didalam permainan tersebut karena kita mati tertembak misalnya, maka secara otomatis kita menjadi pecundang, semakin kita banyak mati didalam permainan tersebut semakin kita banyak mengeluh dan pastinya kita akan merasa lebih dari pecundang, lama-kelamaan kita kesal bermain karena selalu kalah dan akhirnya keluh kesah yang sudah kita ciptakan secara berangsur mempengaruhi jalan pikiran yang ada dibenak kita dan secara perlahan berdampak pada kondisi fisik saat itu, perasaan marah, malas dan tidak puas menjadi dominan ketika kita menyikapi reaksi yang diberikan lingkungan seperti apabila terjadi hujan, kita akan gampang mengeluh kembali, permintaan kita ditolak oleh teman, kita akan gampang marah, banyak pekerjaan yang seharusnya segera kita kerjakan, kita malah malas mengerjakannya.

Pada diri manusia, tubuh adalah yang paling lambat getaran reaksinya, sementara pikiran dan perasaan atau kesadaran manusia memiliki vibrasi yang paling tinggi di alam semesta. Secara objektif pula, manusia pada dasarnya mampu mengubah realitas dan mampu menciptakan keadaan yang mereka inginkan dengan cara mengubah reaksi pikiran dan prasangkanya yang negatif menuju kedalam level positif, apapun itu. Apabila kita memiliki pikiran negatif, maka lingkungan akan mendukung untuk merealisasikan perihal negatif yang telah kita pikirkan, begitupun juga sebaliknya apabila kita berpikir positif, maka perasaan yang akan timbul adalah perasaan tenang dan ikhlas meskipun kita sedang mengahadapi suatu masalah, karena kita sudah tahu bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan, maka otomatis kondisi fisik kita akan terangsang untuk selalu berusaha dan mencari alternatif solusi yang tepat dan secara otomatis pula lingkungan akan memberikan dukungan yang positif kepada kita, ibarat hubungan timbal balik.


Nah, mengapa kita harus mengeluh padahal kita sudah tahu dengan keluhan tersebut segala urusan kita akan menjadi berantakan, kenapa kita tidak menciptakan suatu pikiran yang positif sebagai senjata untuk menyikapi segala permasalahan yang sedang kita hadapi, sekecil apapun masalah itu, sehingga akan tercipta hubungan harmonis antara kita dan lingkungan karena adanya suatu energi positif yang telah kita ciptakan. Ketakutan, rasa cemas, serakah, keduniaan, merasa tidak puas dan tentunya hawa nafsu merupakan penghambat kita untuk meraih kesuksesan. Kunci utama untuk mengontrol perasaan tersebut adalah dengan berpikir positif, berpikir dengan pikiran jernih sebelum menyikapi suatu efek yang ditimbulkan langsung dari perihal yang sedang kita kerjakan, berpikir bahwa setiap hal yang sedang kita jalani tidaklah sia-sia dan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan.

Semoga bermanfaat.

Dewasa

Apalah arti kedewasaan tanpa adanya pola pikir untuk menunjang kedewasaan itu sendiri?, sebuah metamorfosis pengembangan diri dari suatu siklus kehidupan semua mahluk hidup di bumi. Kedewasaan secara subjektif dapat diartikan sebagai suatu perilaku dimana seseorang mampu hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain atau dengan sedikit bantuan dari orang lain. Secara umum ketika seorang remaja mulai menuju kedalam tahap kedewasaanya, mereka mulai mampu memikirkan hal-hal yang lebih kompleks dari suatu persoalan menurut pengamatan mereka secara pribadi, mampu melihat suatu masalah tertentu dengan mata hati dan logika yang praktis dengan bercermin dari pengalaman hidup yang sudah pernah mereka dapatkan.
Dalam proses pengembangan diri menuju ketahapan dewasa tersebut, setiap individu akan mulai menjadi sesosok yang lebih perasa terhadap setiap hal yang akan dilaluinya dan tidak lagi memiliki sifat egoisme yang berlebihan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi dan merubah pola pikir didalam memecahkan sebuah persoalan yang sedang digenggamnya. Pengalaman dianggap sebagai guru yang paling berharga pada proses ini, pengalaman menunjukkan bahwa dunia adalah tempat untuk berkompetisi dimana setiap individu memang layak diperhitungkan, pengalaman menunjukkan bahwa kawan bisa berubah menjadi lawan atau sebaliknya, sebuah pengalaman akan memaksa untuk berpikir bahwa “jika aku lunak terhadap dunia maka dunia akan melumatkanku, tetapi jika aku keras terhadap dunia maka dunia akan lunak terhadapku”.
Banyak orang dewasa yang seharusnya sudah tidak pantas lagi menyandang predikat “anak muda” jika dilihat dari segi usia dan penampilan fisik yang sepenuhnya seperti orang dewasa, tetapi mereka masih terjebak didalam dunia yang mereka ciptakan sendiri tanpa melihat reaksi sosial disekelilingnya. Orang yang mempunyai karakteristik seperti inilah yang tidak memiliki kualitas bersaing yang sehat dilingkungan tempat tinggalnya, saling serang dan saling menuduh adalah cara untuk mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ketidakmauan mereka didalam menciptakan pribadi yang lebih baik membuat mereka seperti benalu bagi orang lain, bahkan sifat yang mereka miliki sangatlah kekanak-kanakan dan membuat orang merasa risih bila berada dekat dengan mereka, sebagai contoh, selalu menggantungkan suatu urusan yang sepele kepada orang lain, tidak menghargai hak-hak dan privasi, sama sekali tidak memiliki etika dalam bergaul, memperlakukan orang lain tidak berdasarkan usianya tetapi berdasarkan dengan predikat yang melekat kepadanya, seperti pembantu tetaplah pembantu meskipun umurnya lebih tua dari dirinya.

Sifat mereka yang destruktif menjadi dominan ketika mereka mulai berpikir untuk memecahkan sebuah masalah yang dihadapi, mereka belum mampu menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang baik dan aman untuk digunakan sehingga secara tidak langsung mereka akan lebih memilih suatu solusi final yang dianggap praktis tetapi malah menimbulkan masalah baru.
Berpikirlah secara mendalam untuk membentuk pola pikir yang positif, bersikaplah keras terhadap dunia dan gunakan pengalaman sebagai tiket untuk meraih kesuksesan karena pola pikir dan sebuah pengalaman adalah maha guru di dunia yang memang berfungsi untuk mengoreksi dan sebagai media evaluasi dari suatu perbuatan.

“Ibarat berperang, kita adalah tentara, lingkungan setiap saat adalah musuh, harga diri adalah tanah air, pola pikir adalah pimpinan, etika adalah senjata, introspeksi adalah obat dan kedewasaan adalah tujuan utama kemenangan.”

Alasan

Sebenarnya tidak ada niat untuk membuat blog ini namun karena beberapa pertimbangan akhirnya niat untuk membuatnya muncul saat membuka folder didalam laptop berisikan file dan puluhan tulisan dari pendapat pribadi yang umurnya sudah seperempat dekade tampak usang dan tidak berguna. Kemudian timbul pertanyaan dalam benak saya “damn boy! whats the point if you never notice it?”, memang selama ini hanya saya sendiri yang menikmati skeptisisme pendapat yang saya tulis karena kekuatiran sebelumnya terlalu besar untuk mem-publish secara online. Tulisan-tulisan tersebut sempat saya posting sebelumnya di beberapa forum dan blog (lupa paswordnya) namun sangat sarat akan kritikan dan lemparan batu bata, akhirnya saya lebih memilih untuk menyimpannya bersama kumpulan artikel usang lainnya. Mungkin dengan adanya blog ini saya bisa menemukan tipikal otak yang sejenis dengan isi otak saya atau mungkin sebagai penggugah “otak yang sudah lama tertidur”. Sebenarnya tidak ada yang penting didalamnya karena terkesan tanpa dasar namun disisi lain apa salahnya sebuah pendapat atau sebuah tulisan yang sebenarnya kalo dipikir-pikir akan menimbulkan sebuah pernyataan “Lah.. iya ya.. emang bener” disajikan kedalam otak para blogger sebagai wacana saja.
“Why so serious?.. let it be, memang sudah seperti itu..”, adalah tanggapan yang sering saya terima dari orang-orang ketika mengakhiri sebuah topik pembicaraan perihal skeptisme bagaimana cara dari “semua sistem” bekerja dan pola pikir masyarakat negeri ini. Apa yang saya tahu adalah we are agent of change mungkin hanya sebatas konotasi semu. Seharusnya umpatan itu lebih pantas diganti dengan “DO SOMETHING!”.
Mungkin sudah banyak berbagai macam blog sejenis dan bagi saya itu merupakan bentuk do something dari mereka meskipun hanya melalui sebuah page yang menurut blogger lain isinya membosankan, tanpa dasar dan hanya disertai bukti klise.


Change the world with a simple words. God Bless..

Page view

free counters

Followers

Facebook Twitter RSS